“Penggunaan istilah bentrokan atau perselisihan biasa atau antar masyarakat, sangatlah tidak relevan untuk kekerasan yang terjadi di Myanmar,” demikian pernyataan sikap yang dibacakan Sekjen Forum Umat Islam (FUI) KH. Muhammad Al-Khaththath dalam aksi Solidaritas Muslim Rohingya di depan Kedubes Myanmar, Jum’at (3/5) kemarin.
Dalam serangan itu, sekitar 15 masjid dihancurkan, dan hampir semua tempat tinggal muslim dibakar. Sekitar 100 muslim tewas dan ribuan orang mengungsi. Kini, penguasa Myanmar tidak mengizinkan pengungsi muslim kembali ke tanah asli mereka dan tanpa belas kasihan mereka ditahan di lapangan terbuka. Kekerasan anti muslim menyebar ke kota-kota lain di Myanmar. Mereka menghadapi bencana serupa yang dialami Muslim di Arakan selama berbulan-bulan. Gerakan anti-Muslim di Myanmar itu dipimpin biksu Budha sepanjang waktu.
“Keterlibatan intel militer menunjukkan bahwa kerusuhan di Myanmar terhadap kaum muslimin disana adalah rencana negara dan program pembersihan etnis muslim Rohingnya,” ungkap Al Khaththath.
FUI mencatat beberapa kekerasan kaum Budhis terhadap Muslim Rohingya, seperti dilaporkan oleh Human Rights Watch (HRW):
- Lebih dari 5000 orang dibunuh dengan berbagai cara, dan lebih 120.000 muslim digusur dari tanah mereka sendiri. Kaum muslim terpaksa tinggal di kamp-kamp konsentrasi di pinggiran Sittwe.
- Para wanita dan anak perempuan muslimah di bawah umur diperkosa oleh militer.
- Properti kaum muslim Rohingya dijarah setiap hari. Masjid ditutup dan otomatis tidak bisa shalat di masjid.
- Orang-orang muslim berpendidikan, dan orang-orang tak bersalah lainnya ditahan tanpa kesalahan apapun.
- Sejumlah besar uang muslim selalu diperas setiap hari.
- Muslim dipaksa secara tidak manusiawi di sel-sel rahasia.
- Akses muslim terhadap makanan dan obat-obatan diblokir. Mereka mati kelaparan. [desastian]
0 komentar:
Posting Komentar